Pesekkkkk….lagi
apa cayangku malam minggu begini, sendirian ya. Kasihannnnn deh elo. Dari pada
BT sayangku, kita baca ini yuk, sang Super Hero Jawa..he..he..
Ibarat kisah cinta Habibi dan Ainun, Sukri (65) nama samaran,
begitu amat terpukul ketika sang istri tercinta, sebut saja Leli (43), wafat
terkena serangan jantung. Kesedihan begitu amat dirasakan olehnya, cinta yang
begitu besar kepada Leli, membuat ia kehilangan separuh belahan jiwa. Namun,
bukannya setia dengan tetap menjaga cinta, Sukri malah menikah lagi. Menikah
dengan siapa pun dengan biaya berapapun memang hak masing-masing, tapi kalau
nikahnya berkali-kali, bisa dibilang sih namanya tua-tua keladi. Makin tua
makin jadi alias doyan kawin.
Berdasarkan keterangan yang didapat dari istri kedua, sebut
saja Minah (31), Sukri sudah tiga kali ganti istri. Entah apa yang terjadi,
setiap menjalin rumah tangga, Sukri merasa tidak cocok dan selalu mudah
tertarik dengan wanita lain. Bagi masyarakat sekitar, bukan lagi hal aneh jika
Sukri memang suka curi-curi perhatian kepada setiap wanita di kampung. Namun
capernya itu bukan cuma kepada janda, tapi perawan juga. Hmmmm, Kang Sukri ini
ya kayaknya terinspirasi dari lagu Mbak Anggun ya, tua-tua keladi, makin tua
makin jadi.
Mari kita mulai kisah cinta Sukri dari istrinya yang kedua,
sebut saja Popi (40), ia adalah janda beranak dua. Semenjak cerai dengan sang
suami, Popi hidup seorang diri dengan berjualan sayuran di pasar. Waktu itu
Sukri memang sedang terpuruk, sekira satu bulan semenjak istrinya meninggal,
Sukri sudah mulai bertingkah seperti lelaki normal pada umumnya. Lah, memangnya
Kang Sukri enggak normal, Teh?
“Maksudnya ya dia mulai bisa ketawa-ketiwi dan mau ngobrol
sama orang, sebelumnya enggak bisa, mukanya muram terus,” kata Minah saat
ditemui Radar Banten di rumahnya.
Hingga akhirnya Sukri bertemu dengan Popi. Pada pandangan
pertama, ia sudah langsung bisa merasakan getaran di dada. Sejenak semua kisah
pilu masa lalu hilang terbawa angin yang melintas siang itu. Singkat cerita,
Sukri sudah berani main ke rumah, bertemu dengan anak-anak dan sanak keluarga.
Seperti tanpa beban, Sukri langsung mengajak menuju pelaminan. Popi yang masih
betah hidup sendiri pun kaget dengan pernyataan Sukri, tapi, sebagai wanita ia
tak bisa berbuat banyak, apalagi ketika saudara dan tetangga terus-menerus
menekan agar menerima ajakan Sukri. Ya sudah, pernikahan pun terjadi.
Dua tahun membangun rumah tangga, mereka dikaruniai satu
anak. Sukri menjadi suami yang baik bagi Popi. Bisa dibilang, Sukri memang
termasuk lelaki penyayang wanita. Pokoknya, jika dilihat dari caranya memberi
perhatian, Sukri memang pandai menciptakan kenyamanan. Tapi, lantaran masalah
ekonomi yang semakin hari semakin mencekik, Sukri tak bisa menahan diri untuk
tidak meninggalkan Popi. Pekerjaannya yang hanya sebagai buruh, terkadang juga
menjadi supir sewaan, membuat ekonomi keluarga morat-marit, akhirnya mereka pun
bercerai.
Entah bagaimana kabar Popi saat ini, yang jelas setelah
cerai, bebannya bertambah seiring dengan kondisinya sebagai janda beranak tiga.
Duh, Kang Sukri kok bisa begini ya? Ibarat pepatah sih, habis manis sepah
dibuang.
Cerita pun berlanjut, kini giliran Minah, sang istri ketiga
yang juga awalnya seorang janda. Meski punya anak satu, sang anak ikut dengan
mantan suaminya yang kini sudah beristri, soalnya dulu nikah karena kecelakaan
alias hamil duluan, ujung-ujungnya cerai juga deh. Weleh-weleh.
Di antara ketiga istri Sukri, Minahlah yang paling muda. Saat
itu usianya masih dua puluh lima. Tentu bodi dan parasnya juga masih kencang
dan menggoda. Itu menurut pengakuan Minah, ya! Lantaran orangtua menanggung
malu akibat kisah masa lalu Minah, akhirnya mereka justru menjodohkan anaknya
dengan Sukri, sang duda tua bangka.
Awalnya Minah menolak. Ya wajar saja, wanita yang masih ingin
hidup senang-senang itu, harus dipaksa menikah dengan duda. Mending duda kaya,
ini biasa saja, pikirnya. Tapi, karena desakan orangtua, Minah tak bisa
membantah. Pasrah dengan keadaan, akhirnya mereka pun menikah. Meski tetap
dengan tingkahnya yang cuek terhadap Sukri, apalah daya seorang istri, toh jika
sudah dipinang, apa pun semua tergantung suami. Begitulah akhirnya, setelah dua
bulan menjalani hidup bersama, Minah mulai menerima Sukri dengan setulus hati.
“Ya meski tua, tapi kalau urusan ranjang, dia memang
jagonya!” kata Minah. Hmmm, ketagihan ya Teh! Ada yang terkenang-kenang nih
sepertinya.
Di awal pernikahan, mereka hidup bahagia, seperti yang
dijanjikan Sukri, ia akan menuruti semua permintaan Minah. Mulai dari membeli
make up, baju baru, jalan-jalan ke mal dan lain-lain, semua dilakukan demi
membahagiakan istri tercinta. Anehnya, ada saja uang untuk membiayai itu semua,
padahal penghasilan saja pas-pasan. Itulah hebatnya Sukri, selalu bisa membuat
wanita nyaman saat bersamanya.
Pada tiga bulan selanjutnya, Sukri mulai menunjukkan sikap
aneh. Tidak seperti biasanya, Sukri menjadi pendiam. Lebih tepatnya sih tak
peduli gitu terhadap Minah. Selidik punya selidik, rupanya Sukri sedang dekat
dengan Marni, janda kampung yang baru saja ditinggal mati suami. Alamak, sudah
kecantol lagi aja.
“Padahal baru tiga bulan, harusnya tuh kita lagi mesra-mesranya,
eh kenapa dia malah sibuk mesra-mesraan sama wanita lain? Janda lagi!” curhat
Minah. Yah ini sih namanya janda teriak janda dong?
“Tapi kan saya mah janda muda, bukan janda tua kayak
selingkuhan dia. Cuma menang semok doang, saya juga bisa,” tukasnya. Uuuuuuh,
kalah bohai nih ye. Si Teteh bawaannya emosi kayaknya.
Kekecewaan Minah semakin bertambah ketika ia positif hamil.
Masalahnya, Sukri yang seharusnya senang mendengar kabar baik ini, nyatanya
hanya bersikap dingin, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi. Itulah yang
membuat Minah semakin sedih. Aroma keretakan rumah tangga sudah mulai ia
rasakan, hal itu diperkuat dengan tingkah Sukri yang kerap pulang malam. Ketika
ditanya, alasannya kerja. Padahal main ke rumah janda.
Dua minggu setelah kelahiran sang anak, Sukri tega menyakiti
Minah dengan mengatakan, ia ingin menikah lagi. Ia meminta persetujuan Minah
untuk punya istri dua. Bukan kepalang deritanya, tak sanggup menahan emosi,
akhirnya Minah minta cerai. Ibarat dapat durian jatuh, Sukri pun
menceraikannya. Yah itu sih memang maunya.
“Daripada saya dimadu, mending cerai saja, enggak sudi kalau
harus berbagi suami!” pungkasnya.
Tiga minggu pasca perceraian, terdengar kabar Sukri sudah
menikah lagi dengan janda kampung sebelah. Apalah daya, Minah hanya bisa
menitikkan air mata saat sang suami mengkhianati.
Duh, sabar ya Teh Minah! Semoga Kang Sukri sadar akan
perbuatannya dan cepat bertaubat. Amin. (daru-zetizen/zee/ags/RBG)
Sumber :
.radarbanten.co.id
Fhoto : zimbio.com - agefotostock.com - 20min.ch/ro/news/